Langsung ke konten utama

Kurangnya Kesadaran Mahasiswa untuk Menerapkan Gaya Hidup Ramah Lingkungan di Kampus

Mahasiswa merupakan warga kampus dengan jumah paling besar. Karena memiliki jumlah terbanyak, maka kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan berdampak besar terhadap lingkungan kampus. Hingga saat ini masih banyak mahasiswa yang melakukan kebiasaan-kebiasaan yang tidak ramah lingkungan di Universitas Multimedia Nusantara (UMN).

Lingkungan kampus bukanlah tempat yang asing bagi mahasiswa, tentu mereka banyak melakukan aktivitas di kampus. Beberapa dari mereka kadang melakukan hal-hal yang dengan sadar atau pun tidak membuat lingkungan kampus menjadi kotor dan tidak ramah lingkungan. Aktivitas yang dilakukan mungkin saja remeh sehingga luput dari perhatian mahasiswa karena sudah menjadi kebiasaan. Hal ini sendiri bertolak belakang dengan kampus UMN yang mengaku sebagai Green Campus.

Beberapa Kebiasaan Mahasiswa yang Tidak Ramah Lingkungan

Ada beberapa kebiasaan mahasiswa yang sangat jelas tidak ramah lingkungan. Beberapa kebiasaan yang coba dipaparkan adalah membuang sampah sembarangan, menyisakan makanan, membuang puntung rokok sembarangan dan tidak membawa botol minum ke kampus.

Menurut data yang kami himpun dari beberapa kebiasaan yang ada, tidak membawa botol minum adalah hal yang paling banyak dilakukan. Membawa botol minum mungkin terlihat sangat sepele namun dengan membawa botol minum mahasiswa dapat mengurangi pemakaian air mineral kemasan. Menurut keterangan dari kasir UMN dalam sehari botol plastik yang terjual dapat mencapai lima puluh kardus atau sama dengan 1200 botol. Hal tersebut berarti kita menyumbang banyak sekali sampah botol plastik dimana menurut buku Earth in Peril botol pastik sendiri memiliki waktu terurai 450 hingga 500 tahun.

Ada berbagai alasan mahasiswa tidak membawa botol sendiri ke kampus, salah seorang mahasiswa Theresia Ramli mengakui membeli botol adalah upaya untuk menghemat waktu

“Pertama saya ngekos, jadi bangun pagi saya harus nyiapin minuman sendiri. Walaupun di kosan saya ada penyaring air tanah untuk jadi minuman, air itu suka abis karena se-kostan udah pake. Untuk hemat waktu kita langsung beli prima aja di kampus. Dalam seminggu bisa tiap hari sih saya beli prima,” ujar mahasiswi Fakultas Film dan Televisi angkatan 2014 itu.

Kebiasan kedua yang banyak dilakukan adalah menyisakan makanan, kantin adalah tempat yang paling jelas untuk menemukan kebiasaan mahasiswa ini. Menurut keterangan niko dan sopian pengurus kantin Libro yang membuang sampah makanan, dalam sehari pembuangan makanan sisa bisa mencapai delapan hingga sepuluh kilogram.

“Sehari bisa delapan kilo hingga sepuluh kiloan adalah, ada empat kantong kayak gini sih (kantong sampah),” ujar mereka.
seorang mahasiswi menyisakan makanannya.

Dengan menyisakan makanan sebenarnya kita menyumbang gas etana (CH4) gas berbau dan beracun yang memiliki efek dua puluh tiga kali lebih buruk dari karbondioksida (CO2) yang biasa dihasilkan asap kendaraan. Selain mengeluarkan gas, membuang makanan tentu dapat menyebabkan sumber daya dan energi lain ikut terbuang sia-sia. Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) mencatat, setidaknya ada 1,3 miliar ton makanan sisa dalam setahun. Dibalik 1,3 miliar ton makanan yang terbuang tersebut Menurut World Resources Institute terdapat 4,5 triliun galon air yang juga ikut terbuang.


Seorang mahasiswa menyisakan dada ayam kari.
Petugas kantin Libro membersihkan sisa makanan mahsiswa
Selain kebiasaan di dalam kampus banyak mahasiswa yang juga kerap melakukan kebiasaan tak ramah lingkungan di sekitar kampus seperti di depan, di belakang dan di samping kampus yang seringkali menjadi tempat berkumpul mereka. Kebiasaan merokok adalah salah satu hal yang sering dilakukan, lebih jauh lagi mahasiswa yang merokok kerap kali membuang puntung rokok mereka secara sembarangan. Hal tersebut juga diakui oleh salah satu penjual rokok di depan UMN yaitu pak udin, menurutnya banyak mahasiswa yang sering membuang puntung rokok sembarangan.

“Sehari saya stok seratus bungkus rata-rata laku sampe tiga puluh bungkus sih, nah biasanya mahasiswa beli ketengan (batangan), banyak sih mereka buang (puntung rokok) sembarangan. Ya paling kita bersihin kita sapuin,” ujar pria parubaya tersebut.
Puntung rokok bertebaran di depan kampus.

Menurut jurnal Current Environmental Health Reports, bahan kimia yang berasal dari puntung rokok bisa sangat beracun untuk organisme air karena mengandung bahan berbahaya seperti arsenik, nikotin, dan logam berat seperti Polycyclic Aromatic Hydrocarbon, kadmium dan timbal. Dengan jumlah mahasiswa perokok yang banyak disertai sikap tak bertanggung jawab atas puntung mereka, tak dibayangkan berapa banyak limbah puntung rokok yang dihasilkan. Lokasi merokok yang dekat dengan saluran air berupa lubang-lubang di pinggiran trotoar membuat limbah tersebut riskan terbawa bersama air pada saluran tersebut dan mencemari organisme air di situ.

Pada umumnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya sudah mulai meningkat, terkait hal tersebut kebiasaan tak ramah lingkungan dengan presentase terendah pada mahasiswa UMN dalam survey kami adalah membuang sampah sembarangan. Walaupun begitu banyak yang tidak sadar membuang sampah sesuai kategori merupakan bagian dari membuang sampah pada tempatnya.
Meja kantin tempat sampah plastik berada.

Pembagian sampah yang tidak teratur mempunyai dampak negatif. Menurut Chintan Environmental Research and Action Group, jika limbah tidak terpisahkan dengan baik maka akan tercampur dan menimbukan bahaya lingkungan yang mencemari tanah dan air. Sampah yang tercampur di tempat pembuangan dalam jangka waktu tertentu bisa bocor dan melepaskan gas metana yang eksplosif.

Pembuangan sampah yang sesuai kategori sendiri penting untuk melakukan daur ulang sampah. Dilansir dari waste-management-world.com, memisahkan unsur-unsur berbeda yang ditemukan di aliran limbah sangat penting untuk memungkinkan pemulihan bahan bermanfaat, dan meminimalkan jumlah bahan yang dikirim ke tempat pembuangan akhir sehingga bahan daur ulang bisa dimanfaatkan dengan baik. Sayangnya mahasiswa UMN saat ini masih kurang sadar untuk membuang sampah sesuai kategori terlihat dari isi tempat sampah organik, anorganik, dan B3 tidak sebanyak isi sampah campur di kampus UMN. Selain itu keberadaan tempat sampah kategorial tersebut masih sangat sedikit jika dibanding dengan tempat sampah campur.

Dari beberapa kebiasaan tersebut mayoritas mahasiswa UMN sadar dan merasa bersalah melakukan kebiasaan tersebut namun sangat disayangkan mereka tetap melakukan kebiasaan-kebiasaan tersebut.


Upaya UMN Terkait Memberlakukan Gaya Hidup Ramah Lingkungan di Kampus

Beberapa upaya sudah dilakukan kampus terkait mengurangi kebiasaan mahasiswa yang masih kurang ramah lingkungan. Kampus mulai memberlakukan pelarangan penggunaan kemasan plastik untuk pencarian dana mandiri di kalangan mahasiswa, selain itu juga ada program galon kejujuran bagi para mahasisa yang membawa botol minum sendiri serta mulai adanya tempat sampah khusus botol plastik. Sayangnya penerapan dari upaya-upaya tersebut masih kurang maksimal contohnya saja ternyata masih banyak organisasi atau ukm yang menjual makanan dengan bahan plastik tanpa sepengetahuan kampus atau pengadaan galon kejujuran yang masih dilakukan hanya satu  hari dalam seminggu yaitu pada hari selasa. Disisi lain belum terlihat upaya kampus mengedukasi mahasiswa terkait pembuangan puntung rokok sembarangan atau membuang sampah sembarangan termasuk di dalamnya membuang tidak sesuai kategorinya. 



----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kelompok
- Tanto Wibowo - 13140110389
- Florentina Kartika Sukma D. - 00000009943
- Kevin Hermansyah - 00000012045
- Ariefiani Elfrida M. H. - 00000012086
- Yudisthira Swarabahana - 00000012199
- Gabrielle Marsha W. - 00000026444




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lamun, tanaman laut yang sering terlupakan di kehidupan pesisir

Wilayah pesisir memiliki tiga ekosistem penting yang berfungsi menjaga kesehatan lingkungan dan biotanya, tiga diantara ekosistem tersebut adalah bakau, terumbu karang dan lamun. Pengetahuan akan bakau dan terumbu karang sudah banyak diketahui orang, bahkan banyak aksi-aksi pelestarian yang dilakukan dari berbagai kalangan masyarakat namun, sayang, keberadaan lamun hingga kini kurang mendapat perhatian. Lamun sendiri adalah tumbuhan yang umumnya tumbuh di perairan pantai dangkal dengan dasar pasir, lumpur, kerikil atau pecahan karang mati. Batang dan akar lamun pun tertanam dalam dasar tempat tumbuh lamun. Secara kasat mata orang sering mengira lamun hanya tumbuhan liar yang ada di laut karena tampilannya, bahkan kadang keberadaannya dianggap mengotori wilayah pesisir karna dedaunannya yang sering terbawa ke pantai. Aktivitas nelayan di sekitar pulau pari Salah satu lokasi pesisir terdekat dari Jakarta adalah Kepulauan Seribu. Pulau Pari, yang adalah bagian dari Kepulau